Sejarahwan ini lahir pada tahun 392 H dengan nama Abu Bakar Muhammad Ahmad bin Ali bin Tsabit atau lebih dikenal dengan nama Al Khatib Al Baghdadi. Beliau merupakan seorang sejarahwan sekaligus ulama terkenal di masa Dinasti Abbasiyah. Ayahnya mendorongnya untuk belajar hadits dan fikih. Oleh karenanya ia sudah belajar ketika umurnya menginjak sebelas tahun. Ia pergi menuntut ilmu di Bashrah pada saat umurnya menginjak dua puluh tahun, pergi ke Naisabur pada saat umurnya menginjak dua puluh tiga tahun dan saat pergi ke Syam pada saat umurnya sudah tua. Ia juga pergi ke kota Makkah dan kota selainnya yang telah disebutkan diatas.
Ia telah menulis banyak kitab, dalam hal ini ia telah melebihi teman-temannya. Ia menyusun dan mengarang, menetapkan yang shahih dan yang tidak shahih, menetapkan perowi yang adil dan yang tidak adil, dan menulis sejarah serta penjelasannya, sehingga ia menjadi Al-hafizh yang paling tinggi pada masanya. Bahkan Ibnu Hajar mengatakan bahwa karyanya sangat berpengaruh dalam kemajuan ilmu hadits hingga saat ini.
Ibnu Makula mengatakan: “Abu Bakar Al-Khatib Al-Baghdadi adalah tokoh terakhir yang kami saksikan yang mempunyai pengetahuan, hafalan dan ketelitian terhadap hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. ia sangat menguasai masalah ilat-ilat hadits (kesalah-kesalahan yang samar), sanad-sanadnya, shahih dan gharibnya (aneh) dan segala yang berkaitan dengannya. Diantara orang-orang Baghdad, setelah Abul Hasan Ad-Daruqutni, tidak ada seorangpun yang menyamainya.
Sumber: Pemikiran Islam-Wordpress.com
Selama hidupnya, Al-Khatib terbilang produktif dalam kepengarangan buku. Diperkirakan terdapat lebih dari 80 judul buku yang telah ia tulis. Seberapapun itu, pada dasarnya, al-Khatib telah banyak berkarya dalam bentuk tulisan. Beberapa di antara kitab-kitab tersebut adalah Syarafu Ashabi al-Hadis yang menceritakan peranan, aktifitas, dan kesungguhan para Ashab al-Hadis dalam menuntut ilmu yang mulia ini (hadis). Selain itu juga ada al-Jami’ li akhlaqi al-rawi wa adab al-sami’, iqtidha’ al-‘ilmi al-‘amali, dan al-Sabiq wa al-Lahiq fi taba’udi ma baina al-rawiyaini ‘an syaikhi wahid. Al-Khatib merupakan seorang intelektual yang sangat gigih dalam aktivitas ilmiahnya. Ia telah menjadi penghafal Alquran, Imam dan Khatib di Baghdad. Ia juga telah mengunjungi beberapa kota dalam rangka study tour. Jumlah karya yang cukup banyak, menjadi bukti nyata bahwa ia merupakan seorang sejarahwan sekaligus akademisi yang ulet.
Al-Khatib sakit pada pertengahan bulan Ramadhan 463 H ketika usianya 70 tahun. Kondisi kesehatanya semakin parah pada awal bulan Dzulhijjah hingga beliau meninggal pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 1071. Sebelum meninggal ia berwasiat untuk menyedekahkan seluruh harta nya senilai 200 Dinar kepada para Ulama dan Kaum Faqir serta mewakafkan buku-bukunya untuk kepentingan umat islam. Terdapat lebih dari 80 judul buku yang sudah ia tulis, salah satu yang paling terkenal adalah Tarikh Baghdad yang menceritakan tentang sejarah Baghdad. Semua itu diserahkan kepada Abul Fadhl bin Khairun. Oleh Abul Fadhl bin Khairun buku-buku tersebut di jilid sedemikian rupa agar kuat dan tahan lama. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai ilmu, zuhud, bijaksana, teguh pendirian, dan dermawan. Sifatnya yang mulia bisa menjadi teladan bagi umat Islam masa kini.
Mari kita bersama mendukung gerakan wakaf untuk membesarkan umat dengan wakaf produktif. Mulai dari 20 ribu rupiah Sobat Derma Baitulmaal Muamalat bisa berwakaf melalui rekening:
Bank Muamalat 3400.999.999
Bank Syariah Indonesia 716.0222.225
An. Baitulmaal Muamalat/ BMM Wakaf
Sumber:
- https://kisahmuslim.com/2885-al-khatib-al-baghdadi.html
- Min A’lami Salaf, Syaikh Ahmad Farid, dari Al-Sofwah.or.id
- Zuhair Mahmud Al-Humawi. 2003. Wasiat-Wasiat Akhir Hayat dari Rasulullah, Abu Bakar, dll
- https://dosenmuslim.com/ulama-salaf-ash-shalih/biografi-al-khatib-al-baghdadi-rahimahullah/
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!