Pada tahun 1995, Muslin Indonesia di Den Haag sedang mengumpulkan dana untuk mendirikan sebuah masjid baru setelah mushola Al-Ittihad. Namun saat itu sangat sulit mendapatkan perizinan untuk mendirikan bangunan baru. Melihat banyak banguna gereja yang terbengkalai dan dijual untuk umum, Seorang pengusaha bernama Bapak H. Probo Sutedjo berinisiatif membeli gereja Immanuel sebanyak 1,3 juta golden. Kemudian ia mewakafkan atas nama kakaknya almarhum RH Haris Sutjipto untuk dijadikan sebuah masjid dan dihibahkan kepada masyarakat muslim Indonesia di Den Haag, Belanda. Masjid yang bernama Al-Hikmah ini kemudian diserahterimakan kepada PPME pada 1 Juli 1996.
Sumber: Site.google.com
Masjid Al-Hikmah ini bukanlah masjid yang didirikan pertama kali oleh Muslim Indonesia di Negeri Kincir Angin tersebut, karena sebelumnya sudah berdiri Musholla Al-Ittihad di Daguerrestr No. 2, Den Haag, dan juga Masjid Maluku An-Nur di Balk. Masjid Al-Hikmah di Den Haag saat ini dikembangkan dan dikelola secara apik oleh Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME), dan selalu berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda. Masjid Al-Hikmah ini tidak hanya didatangi dan dipergunakan sebagai pusat peribadatan umat muslim Indonesia saja, namun juga turut diramaikan oleh kaum muslimin dari berbagai warga negara dari Turki, Maroko, bahkan beberapa Muslim asli Belanda. Masjid Al-Hikmah berlantai dua ini berada di seberang jalur trem 16 menuju Wateringen. Tepatnya di Heeswijkplein 170-171 btw Medlerstraat & Heeswijkplein, Den Haag, Belanda.
Masjid ini terkenal memiliki jamaah yang ramah dan terbuka yang menjadi ciri khas Masjid di Indonesia. Masjid ini pada lantai bawah digunakan untuk kegiatan pengajian dan kegiatan remaja islam, sementara lantai atas digunakan untuk shalat. Bangunan masjid ini diperkirakan dapat menampung hingga 5.000 orang, di kedua lantai tersebut. Selain kegiatan pengajian, kajian, bahtsul masail, ceramah dan lainnya, masjid ini juga sering kali menyediakan makanan khas dari Indonesia. Di masjid ini berinterior ala Islam Nusantara dan di setiap dinding bertuliskan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kegiatan Istighasah, pembacaan surat yasin, tahlil dan pembacaan shalawat nabi (barzanji) juga menjadi salah satu ciri khas dari Masjid ini.
Perarturan di negara kincir angin tersebut sangatlah ketat, jangankan untuk mendirikan sebuah bangunan baru dan Masjid, untuk membuat instrumen lukisan kubah disetiap jendela gereja yang dialihfungsikan sebagai masjid tersebut, pihak ta’mir masjid diharuskan untuk meminta izin kepada Gementee (Pemerintah Kota) setempat. Jadi dengan jelas bahwa untuk pendirian bangunan masjid yang baru, hampir tidak mungkin bisa dilakukan di Belanda. Bahkan saking ketatnya peraturan di Belanda, pengeras suara di bagian luar masjid tidak diperkenankan dipasang. Pengeras suara hanya dipasang didalam ruangan saja, dan tidak boleh terlalu keras sampai terdengan di luar ruangan. Pada tahun 2009 lalu, beberapa interior masjid turut ditambahkan dengan beberapa lukisan kaligrafi dari KH. Ali Mahfudz Suyat MA yang sengaja didatangkan dari Indonesia ke Den Haag Belanda, agar nuansa masjid dibangunan tersebut lebih kentara.
Mari kita bersama mendukung gerakan wakaf untuk membesarkan umat dengan wakaf produktif. Mulai dari 20 ribu rupiah Sobat Derma Baitulmaal Muamalat bisa berwakaf melalui rekening:
Bank Muamalat 3400.999.999
Bank Syariah Indonesia 716.0222.225
An. Baitulmaal Muamalat/ BMM Wakaf
Sumber:
- https://www.republika.co.id/berita/orbo52/cerita-masjid-indonesia-di-belanda-yang-awalnya-gereja
- https://www.kontraktorkubahmasjid.com/masjid-komunitas-muslim-indonesia-di-den-haag-belanda-bagian-i/
- https://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/gapai/IslamBelanda.html
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!