Masjid Agung Jawa Tengah merupakan masjid tertua di kota Semarang, sebagai masjid tertua di kota Semarang yang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah, Masjid ini mempunyai sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Semarang. Masjid tersebut mempunyai cagar budaya yang harus dilindungi dan merupakan masjid yang menjadi kebanggaan warga Semarang karena mempunyai kekhasan tersendiri.
Sumber: Phinemo.com
Masjid Agung Jawa Tengah didesain dengan dasar gaya arsitektural campuran Jawa, Romawi, dan Islam. Bangunan tersebut diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT Atelier Enam Jakarta yang pernah memenangkan desain arsitektur di Masjid Agung Jawa Tengah tersebut di tahun 2001, gaya romawi terlihat dari 25 pilar dipelataran masjid tersebut. Pilar-pilar tersebut berarsitektur seperti gaya koloseum Athena di Romawi dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafis yang sangat indah dan menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul. Digerbang masjid terdapat tulisan dua kalimat syahadat dan pada bidang data tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guni Gapuraning Gusti” yang artinya kemauan dan upaya yang tulus membawa ke arah ridha Allah. Selain itu, apabila diperhatikan dengan seksama, masjid ini memiliki desain yang mirip dengan masjid Nabawi di Madinah. Terlihat dengan adanya payung-payung besar dipelataran masjid. Payung tersebut akan dibuka saat shalat jum’at, ied, dan ketika para jamaah datang membludak.
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas. Sesuatu yang membuat masjid ini mencolok yaitu Menal Al-Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter.
Diketahui, Masjid Agung Jawa Tengah ini dibangun di atas tanah wakaf Ki Agemg Pandanaran II, Bupati Semarang pertama. Namun, pegelolaan tanah wakaf tidak berjalan dengan mulus. Keberadaan kontruksi masjid ini tak lepas dari Masjid Mulia Kauman Semarang. Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Mulia Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Mulia Kauman Semarang berawal dari babak ganti guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 Hektar yang diurus oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bagian Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di ganti guling dengan tanah seluas 250 Hektar di Demak lewat PT. Sambirejo. Pengahabisan berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak mengembalikan banda wakaf Masjid Mulia Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. Masjid Agung Jawa Tengah sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Mulia Kauman Semarang yang telah kembali tersebut. Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Mulia Jawa Tengah sebagai menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang agung dan silaturahmi yang ketat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah mampu ditentukan yakni status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Pengahabisan pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang diterapkan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta mulia dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan sisa dari pembakaran Dabi. Dengan demikian mata dan perhatian alam internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Mulia Jawa Tengah tersebut.
Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan lapang areal tanah 10 Hektar dan lapang kontruksi induk sebagai shalat 7.669 meter persegi secara semuanya pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000. Walaupun baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006, namun masjid ini telah difungsikan sebagai ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah dipergunakan ibadah Salat Jumat sebagai awal mulanya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah).
Seperti pada masjid-masjid bersejarah di pulau Jawa, Masjid Agung Semarang berada di pusat kota dan berdekatan dengan gedung-gedung pemerintahan, dan juga tak berjarak jauh dari pusat perdagangan, merupakan ciri khas tata ruang kota sejak jaman dahulu. Di dalam perjuangan bangsa indonesia dulu, Masjid Agung Semarang ini ternyata satu-satunya masjid yang di Indonesia mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa waktu setelah Ir Soekarno memproklamasikan Indonesia merdeka.
Mari kita bersama mendukung gerakan wakaf untuk membesarkan umat dengan wakaf produktif. Mulai dari 20 ribu rupiah Sobat Derma Baitulmaal Muamalat bisa berwakaf melalui rekening:
Bank Muamalat 3400.999.999
Bank Syariah Indonesia 716.0222.225
An. Baitulmaal Muamalat/ BMM Wakaf
Sumber:
- https://sejarahlengkap.com/agama/islam/sejarah-masjid-agung-semarang
- https://p2k.um-surabaya.ac.id/ind/2-3053-2942/Masjid-Agung-Jawa-Tengah_72443_um-surabaya_p2k-um-surabaya.html
- https://majt.or.id/
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!