Banyak sekali peninggalan bersejarah di kota Makkah yang luput atau kurang terekspos dari pemberitaan media. Salah satu situs sejarah di kota Makkah yang jarang diungkap media adalah Mata Air Zubaidah.
Bukan sembarang mata air, mata air Zubaidah menyimpan kisah yang sangat luar biasa seputar sejarah perkembangan ibadah haji di Mekah.
Sebelum kita membahas tentang mata air Zubaidah ini alangkah lebih baik jika kita ketahui siapa sebenarnya Zubaidah?

Perempuan ini adalah putri khalifah yang sangat dermawan sekaligus dikenal sebagai ulama perempuan yang cerdas. Dia adalah Zubaidah binti Abu Ja’far al-Manshur.
Ayahnya merupakan khalifah kedua Khilafah Abbasiyah. Zubaidah lahir di Kota Mosul, Irak pada 766 M dan wafat di Baghdad tahun 831 M.
Sang ibu, bernama Salsabil. Zubaidah menikah dengan Harun ar-Rasyid yang kemudian menjadi salah satu khalifah paling sukses pada masa Kekhilafahan Abbasiyah.
Zubaidah binti Ja’far adalah isteri seorang Khalifah Harun al-Rasyid lahir di Musol tahun 149 H. Beliau menikah dengan seorang Khalifah Abbasiyah, Harun al-Rasyid dan mempunyai seorang anak lelaki Al-Amin yang menjadi Khalifah selepas Ar-Rasyid. Zubaidah meninggal tahun 216 H, dimakamkan di Baghdad pada usia 71 tahun.
mata air Zubaidah menyimpan kisah menarik seputar sejarah perkembangan ibadah haji di Mekah

Zubaidah pernah membiayai ratusan orang untuk melaksanakan haji. Pada suatu hari, ia pergi melaksanakan haji ke Baitullah.
Tiba di Mekah, ia mendapati kota itu sedang mengalami krisis kekurangan air untuk minum para jemaah haji. Air sulit dicari dan harganya pun tak bisa dijangkau oleh para jemaah haji yang sedang membutuhkan minum.
Melihat kondisi itu, muncul inisiatif baik dari Zubaidah untuk membuat proyek besar yakni membangun saluran air yang sumbernya diambil dari Wadi Nu’man (Lembah Nu’man) yang kemudian dialirkan ke tempat-tempat jemaah haji di Mekah, Arafat, Mina dan Muzdalifah.
Pada masa itu belum ada listrik atau alat yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit air. Namun Zubaidah tak kehabisan akal, ia memanfaatkan tenaga kuda untuk menarik air dari Wadi Nu’man lalu dialirkan ke saluran di mana jemaah haji berada.
Beberapa sumber menyebut biaya yang dihabiskan dalam pembangunan saluran air ini sekitar 1,5 juta dinar dan ada yang mengatakan 1,7 juta dinar.
Gebrakan Zubaidah dalam membuat mata air ini dianggap sebagai salah satu proyek ‘ajaib’ yang pernah ada dalam sejarah Haji di masa silam. Sumbangsihnya yang begitu besar untuk membantu para jamaah haji dan juga penduduk Makkah yang selama bertahun-tahun kesulitan dalam masalah air membuat namanya dijadikan sebagai nama mata air tersebut.
Sayangnya, lama-kelamaan mata air ini mulai jarang digunakan karena tergantikan dengan mata air-mata air lain yang ditemukan di Mekah.
Meskipun begitu, pemerintah Arab Saudi tetap mempertahankan keberadaan mata air yang berusia lebih dari 12 abad itu hingga sekarang.
Zubaidah mengakhiri kiprah panjangnya yang sangat bermanfaat bagi umat setelah wafat di tahun 831 M. Meski terlahir sebagai perempuan, Zubaidah telah membuktikan bahwa wanita pun tak hanya pandai mengurus keluarga, tapi juga ikut andil, bahkan juga memelopori pembangunan yang bermanfaat bagi umat dan rakyatnya.
Yuk, tunaikan wakaf Anda untuk program sumur atau air bersih untuk daerah atau masyarakat yang terdampak bencana melalui ayowakaf.com
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!