Kota Damaskus sudah berdiri sejak 11.000 tahun lalu dan tercatat sebagai salah satu kota tertua di dunia yang masih dihuni banyak penduduk. Kota ini pertama kali dihuni pada abad ke-7 SM. Kota ini merupakan saksi peradaban-peradaban yang ada. Pada era kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab, Islam mulai memberikan pengaruhnya di kota itu. Tercatat kekuasaan Islam di Damaskus telah ada sejak September 635 Masehi. Pada tahun 2008, UNESCO menamai kota tersebut sebagai Ibu Kota Kebudayaan Arab.
Sumber: Okezonmuslim.com
Di era keemasannya, dinasti Ayyubiyah yang juga menguasai wilayah Mesir, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman memiliki penguasa yang menaruh perhatian pada bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tak heran jika kota-kota Islam yang dikuasai Ayyubiyah menjadi pusat intelektual, salah satunya Damaskus. Beragam jenis sekolah dibangun di seluruh wilayah kekuasaan dinasti itu. Madrasah-madrasah itu dibangun tak hanya sekedar untuk membangkitkan dunia pendidikan, tetapi juga memopulerkan pengetahuan tentang mazhab Sunni.
Di era kejayaan Islam ternyata Damaskus dipenuhi oleh Madrasah yang didanai oleh wakaf. Salah satunya Ibnu Jabir, seorang pengembara dari Andalusia mengatakan bahwa Damaskus memiliki banyak sekolah dan wakaf. Tercatat di sana terdapat lebih dari 400 buah sekolah yang dipenuhi oleh pelajar dari seantero negeri. Setiap siswa asing dapat bermukim selama setahun dan disekolah ia tidak tidur kecuali di malam hari. Selain itu, Imam Nawawi menyatakan bahwa ia tidak pernah makan buah-buahan Damaskus, karena seluruh buah di sana merupakan wakaf untuk pembangunan sekolah dan masjid.
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Meski Dinasti Ayyubiyah menganut mazhab fikih Syafi’i, mereka mendirikan madrasah yang mengajarkan keempat mazhab fikih. Sekolah di Damaskus terbagi menjadi beberapa jenis dengan spesialisasi masing-masing. Ada sekolah yang khusus mengajarkan Al-Qur’an berupa Tafsir, Tahfidz, dan Tilawah. Selain itu ada juga sekolah untuk belajar Hadits dan Fiqh. Setiap sekolah memiliki mazhabnya masing-masing dan para pelajar bisa memilih sekolah yang ia inginkan.
Selain ilmu agama, sekolah juga ada yang mengajarkan ilmu kedokteran. Dari An-Nuaimi, seorang ulama abad ke-10 H, ia mengatakan bahwa di Damaskus ada 7 sekolah ilmu Al-Qur’an, 16 Sekolah Hadits, 3 Sekolah Qur’an dan Hadits, 63 Sekolah Fiqh Syafi’i, 52 Sekolah Fiqh Hanafi, 4 Sekolah Fiqh Maliki, dan 11 Sekolah Fiqh Hambali. Para amir Al Ayyubi sepeninggal Shalahuddin pun masih tetap antusias untuk melaksanakan wakaf di bidang pendidikan. Seperti yang dilakukan Al Malik Al Adil (wafat tahun 615 H), beliau membangun Al Madrasah Al Adiliyyah di Damaskus. Adapula Al Kamil Muhammad bin Ahmad bin Ayyub (wafat tahun 635 H) sampai saudaranya Al Malik Al Asyraf membangun Darul Hadits Al Asyrafiyyah yang berdekatan dengan Qal’ah Damaskus. Sekolah-sekolah tersebut berasal dari wakaf orang-orang kaya mulai dari ulama, pedagang, panglima, raja, dan kaum wanita.
Mari kita bersama mendukung gerakan wakaf untuk membesarkan umat dengan wakaf produktif. Mulai dari 20 ribu rupiah Sobat Derma Baitulmaal Muamalat bisa berwakaf melalui rekening:
Bank Muamalat 3400.999.999
Bank Syariah Indonesia 716.0222.225
An. Baitulmaal Muamalat/ BMM Wakaf
Sumber:
- https://www.sinergifoundation.org/shalahuddin-al-ayyubi-turut-kembangkan-wakaf-pendidikan/
- https://www.iainpare.ac.id/kejayaan-pendidikan-islam-pijakan-peradaban-manusia/3/
- https://nasional.okezone.com/read/2022/03/23/337/2566534/deretan-kota-tertua-di-dunia-dari-damaskus-hingga-aleppo
- https://blaajar.com/tema/361/
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!