Muhammad II bergelar Al-Fatih atau juga dikenal dengan Mehmed II merupakan penguasa Utsmani ke-7 pada era 1444 – 1446 dan 1451 – 1481. Saat berkuasa, beliau membangun 300 masjid besar atau sedang, 57 madrasah, 59 tempat pemandian di berbagai wilayah termasuk Istanbul. Kala itu beliau berhasil masuk jantung Konstantionopel, saat ini Istanbul, pada 29 Mei 1453, setelah kurang lebih 53 hari pengepungan dan peperangan dahsyat di kota tersebut dengan tentara Byzantium. Sebagai penakluk, Muhammad Al-Fatih bisa saja merampas semua kepemilikan orang-orang Kristen, baik atas nama ghanimah, fai’ maupun anfal. Tetapi, Muhammad Al-Fatih tidak melakukannya. Ketika beliau memasuki Konstantinople, dan masuk ke Hagia Sophia, justru beliau umumkan jaminan keamanan kepada para penduduknya.
Sebagaimana diketahui, Mehmed II dikenal sebagai sosok yang religius. Meski ketika itu usianya masih 20 tahun, tetapi dia telah memahami fiqih jihad dengan baik terutama bab pembagian harta rampasan yang didapat baik secara damai atau melalui perang fisik. Begitu Mehmed II berada di Hagia Sophia, dia melarang prajuritnya merusak dan merampoknya. Dia mengatakan, “Untuk kalian tawanan dan harta rampasan, sedangkan bangunan kota milikku.” Pada saat itu pula Mehmed II mengubah nama kota menjadi Istanbul dan menetapkannya sebagai Ibu kota pemerintahan. Ibu kota pun berubah menjadi kota yang sangat Islami dengan hukum tata kelola merujuk pada hukum Islam.
Sumber: Suara.com
Sebelum diubah menjadi masjid, Aya Sofia adalah sebuah gereja bernama Hagia Sophia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa Bizantium), tahun 558 M. Saat berhasil menaklukkan kota besar Nasrani itu, Al-Fatih turun dari kudanya dan melakukan sujud syukur. Ia pergi menuju Gereja Hagia Sophia. Saat itu juga, bangunan gereja Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid yang diberi nama Aya Sofia. Pada hari Jumatnya, atau tiga hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan untuk shalat Jumat berjamaah. Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa renovasi dan perubahan dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia tersebut agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid.
Banguan wakaf di Hagia Sophia selain masjid juga dibangun madrasah, perpustakaan, hamami (tempat pemandian), sebili Aya Sofya (Pendistribusian air minum), Aya Sofya Muvakkithanesi, dan tempat usaha. Masjid, pasar, dan madrasah merupakan tiga serangkai yang menopang pilar peradaban. Keberadaan Hagia Sophia sebagai masjid juga turut dikelilingi oleh pasar dan madrasah di sekitarnya yang juga menjadi bagian wakaf Sultan Mehmed II. Hamami, merupakan pemandian umum yang dibangun dari dana wakaf para perempuan setempat. Bangunan ini terletak diantara Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed (Masjid Biru). Di dalamnya, kaum hawa dapat bersosialisasi dengan sesamanya tanpa merasa kehilangan haknya atas privasi. Di tiap hamam, mereka bisa dengan bebas membicarakan berbagai masalah; mulai dari politik hingga ngobrol-ngobrol untuk mencarikan jodoh bagi anak masing-masing. Khususnya di Istanbul, rancang bangun sejumlah hamam yang populer dibuat oleh arsitek kenamaan, Mimar Sinan. Sebili Aya Sofya adalah tempat distribusi air minum pada masa Ottoman yang dibangun pada pertengahan abad ke-17. Aya Sofya Muvakkithanesi adalah ruang waktu. Tempat ditentukannya waktu shalat dengan menggunakan sistem jam matahari.
Mari kita bersama mendukung gerakan wakaf untuk membesarkan umat dengan wakaf produktif. Mulai dari 20 ribu rupiah Sobat Derma Baitulmaal Muamalat bisa berwakaf melalui rekening:
Bank Muamalat 3400.999.999
Bank Syariah Indonesia 716.0222.225
An. Baitulmaal Muamalat/ BMM Wakaf
Sumber:
- https://republika.co.id/berita/qdhd1r320/benarkah-mehmed-ii-membeli-dan-mewakafkan-hagia-sophia
- https://kalam.sindonews.com/read/101062/70/hagia-sophia-dan-kehebatan-sultan-muhammad-al-fatih-1594735656
- https://alindrahaqeem.com/sejarah-hagia-sophia-turki/
Lengkapi amalan dengan berwakaf secara online lewat Ayowakaf. Caranya, klik gambar di bawah ini!